Pada pembahasan kali ini saya akan sedikit mengulas mengenai unsur Gas
Mulia.
1. Sejarah Gas Mulia
Golongan gas mulia atau golongan VIII A adalah unsur-unsur
yang memiliki delapan electron valensi dengan konfigurasi elektronik terluar ns2 np6.
Unsur – unsure tersebut adalah Helium (He), Neon (Ne), Argon(Ar),
Kripton(Kr), Xenon (Xe), Radon (Rn).
Gas mulia yang pertama kali ditemukan adalah Argon. Awalnya seorang ahli fisika inggris, Lord Rayleight (1842-) menemukan bahwa Nitrogen yang diperoleh dari ammonia tenyata jauh lebih ringan daripada Nitrogen yang berasal dari atmosfer. Kemudian ia dan William Ramsay (1852-1916) sama-sama meneliti Nitrogen yang berasal dari atmosfer yaitu dengan memindahkan Nitrogen dari atmosfer dan dihasilkan sejumlah kecil gas lain. Mereka berdua menamakan gas tersebut Argon dari bahasa yunani yang berarti diam. Hal ini disebabkan karena gas tersebut tidak bereaksi dengan apa saja. Setahun kemudian (1895) ditemukan unsur Helium. Kemudian Ramsay dan asistennya Morris Travers (1872-1961) melakukan destilasi bertingkat pada sejumlah besar kuantitas udara cair dan Argon. Pada tahun 1898 mereka berhasil menemukan unsure gas mulia yang lain yaitu krypton, xenon dan neon. Pada tahun 1894, seorang ahli kimia inggris bernama William Ramsay mengidentifikasi zat baru yang terdapat dalam udara. Sampel udara yang sudah diketahui mengandung nitrogen, oksigen, dan CO2 dipisahkan. Ternyata dari hasil pemisahan tersebut, masih tersisa suatu gas yang tidak reaktif (inert). Karena gas tersebut tidak dapat bereaksi dengan zat-zat lain sehingga dinamakan argon (Bahasa yunani Argos berarti malas). Empat tahun kemudian, Ramsay menemukan unsure baru dari hasil pemanasan mineral kleverit. Dari mineral tersebut terpencar sinar alfa yang merupakan spectrum matahari. Oleh karena itu unsure ini diberi nama Helium (Dari bahasa yunani helios = matahari).Rutherford dan Rays pada tahun 1907 menunjukkan bahwa partikel-partikel alfa tidak lain inti nucleus helium. Pada saat ditemukan, kedua unsur ini tidak dapat dikelompokkan kedalam unsur-unsur yang sudah ada, karena memiliki sifat yang berbeda. Ramsay mengusulkan agar unsur tersebut ditempatkan pada suatu golongan tersendiri, yaitu terletak antara golongan halogen dan golongan alkali. Pada masa itu, golongan tersebut merupakan kelompok unsure yang tidak bereaksi dengan unsur – unsur lain (inert) dan diberi nama golongan unsure gas mulia atau golongan nol.
Gas mulia yang pertama kali ditemukan adalah Argon. Awalnya seorang ahli fisika inggris, Lord Rayleight (1842-) menemukan bahwa Nitrogen yang diperoleh dari ammonia tenyata jauh lebih ringan daripada Nitrogen yang berasal dari atmosfer. Kemudian ia dan William Ramsay (1852-1916) sama-sama meneliti Nitrogen yang berasal dari atmosfer yaitu dengan memindahkan Nitrogen dari atmosfer dan dihasilkan sejumlah kecil gas lain. Mereka berdua menamakan gas tersebut Argon dari bahasa yunani yang berarti diam. Hal ini disebabkan karena gas tersebut tidak bereaksi dengan apa saja. Setahun kemudian (1895) ditemukan unsur Helium. Kemudian Ramsay dan asistennya Morris Travers (1872-1961) melakukan destilasi bertingkat pada sejumlah besar kuantitas udara cair dan Argon. Pada tahun 1898 mereka berhasil menemukan unsure gas mulia yang lain yaitu krypton, xenon dan neon. Pada tahun 1894, seorang ahli kimia inggris bernama William Ramsay mengidentifikasi zat baru yang terdapat dalam udara. Sampel udara yang sudah diketahui mengandung nitrogen, oksigen, dan CO2 dipisahkan. Ternyata dari hasil pemisahan tersebut, masih tersisa suatu gas yang tidak reaktif (inert). Karena gas tersebut tidak dapat bereaksi dengan zat-zat lain sehingga dinamakan argon (Bahasa yunani Argos berarti malas). Empat tahun kemudian, Ramsay menemukan unsure baru dari hasil pemanasan mineral kleverit. Dari mineral tersebut terpencar sinar alfa yang merupakan spectrum matahari. Oleh karena itu unsure ini diberi nama Helium (Dari bahasa yunani helios = matahari).Rutherford dan Rays pada tahun 1907 menunjukkan bahwa partikel-partikel alfa tidak lain inti nucleus helium. Pada saat ditemukan, kedua unsur ini tidak dapat dikelompokkan kedalam unsur-unsur yang sudah ada, karena memiliki sifat yang berbeda. Ramsay mengusulkan agar unsur tersebut ditempatkan pada suatu golongan tersendiri, yaitu terletak antara golongan halogen dan golongan alkali. Pada masa itu, golongan tersebut merupakan kelompok unsure yang tidak bereaksi dengan unsur – unsur lain (inert) dan diberi nama golongan unsure gas mulia atau golongan nol.
Gas mulia yang lain ditemukan segera dari hasil
destilasi udara cair pada tahun 1898 yaitu neon (neos = baru), xenon (xenos =
asing/ tak dikenali) dan krypton (kryptos = tersembunyi). Kemudian pada tahun
1900, Rutherford mendapatkan bahwa ada gas yang dihasilkan oleh mineral radium,
gas itu bersifat radioaktif dan dinamakan radon oleh Schmidt dalam tahun 1918.
2. Keberadaan Di Alam
Gas mulia adalah unsur-unsur yang terdapat dalam
golongan VIIIA yang memiliki kestabilan yang sangat tinggi dan sebagian
ditemukan di alam dalam bentuk monoatomik. unsur-unsur yang terdapat dalam gas
mulia yaitu Helium (He), Neon (Ne), Argon(Ar), Kripton(Kr), Xenon (Xe),
Radon (Rn). Gas-gas ini pun sangat sedikit kandungannya di bumi. Dalam
udara kering maka akan ditemukan kandungan gas mulia sebagai berikut :
Helium = 0,00052 %
Neon = 0,00182 %
Argon = 0,934 %
Kripton = 0,00011 %
Xenon = 0,000008
Radon = Radioaktif*
Tapi di alam semesta kandungan Helium paling banyak
diantara gas mulia yang lain karena Helium meupakan bahan bakar dari matahari.
Radon amat sedikit jumlahnya di atmosfer atau udara. Dan sekalipun ditemukan
akan cepat berubah menjadi unsur lain, karena radon bersifat radioaktif. Dan
karena jumlahnya yang sangat sedikit pula radon disebut juga sebagi gas
jarang. Semua unsure gas mulia terdapat di udara. Unsure gas mulia yang
paling banyak terdapat di udara adalah argon, sedangkan unsure gas mulia yang
paling sedikit adalah radon yang bersifat radioaktif dengan waktu paruh yang
pendek ( 4 hari ) dan meluruh menjadi unsure lain. Gas mulia kecuali radon
diperoleh dengan cara destilasi bertingkat udara cair. Sedangkan radon hanya
dapat diperoleh dari peluruhan radioaktif unsure radium, berdasarkan reaksi
inti berikut: 22688Ra 22286Rn + 42He.
Helium merupakan komponen (unsure) terbanyak di alam semesta yang diproses dari
gas alam, karena banyak gas alam yang mengandung helium. Secara spektoskopik
helium telah terdeteksi keberadaanya di bintang-bintang, terutama di bintang
yang panas ( seperti matahari). Helium juga merupakan komponen penting dalam
reaksi proton–proton dan siklus karbon yang merupakan bahan bakar matahari dan
bintang lainnya.
3. Sifat Fisik dan Kimia
Gas mulia memiliki beberapa sifat baik secara fisis
maupun kimia, sebelum membahas hal tersebut mari kita lihat data-data dari gas
mulia. Berikut merupakan beberapa ciri fisis dari gas mulia.
Helium
|
Neon
|
Argon
|
Kripton
|
Xenon
|
Radon
|
|
Nomor atom
|
2
|
10
|
18
|
32
|
54
|
86
|
Elektron valensi
|
2
|
8
|
8
|
8
|
8
|
8
|
Jari-jari atom(Ǻ)
|
0,50
|
0,65
|
0,95
|
1,10
|
1,30
|
1,45
|
Massa atom
(gram/mol)
|
4,0026
|
20,1797
|
39,348
|
83,8
|
131,29
|
222
|
Massa jenis (kg/m3)
|
0.1785
|
0,9
|
1,784
|
3,75
|
5,9
|
9,73
|
Titik didih (0C)
|
-268,8
|
-245,8
|
-185,7
|
-153
|
-108
|
-62
|
Titikleleh (0C)
|
-272,2
|
-248,4
|
189,1
|
-157
|
-112
|
-71
|
Bilangan oksidasi
|
0
|
0
|
0
|
0;2
|
0;2;4;6
|
0;4
|
Keelekronegatifan
|
-
|
-
|
-
|
3,1
|
2,4
|
2,1
|
Entalpi peleburan
(kJ/mol)
|
*
|
0,332
|
1,19
|
1,64
|
2,30
|
2,89
|
Entalpi penguapan (kJ/mol)
|
0,0845
|
1,73
|
6,45
|
9,03
|
12,64
|
16,4
|
Afinitas elektron
(kJ/mol)
|
21
|
29
|
35
|
39
|
41
|
41
|
Energi ionisasi
(kJ/mol)
|
2640
|
2080
|
1520
|
1350
|
1170
|
1040
|
Helium dipadatkan dengan cara menaikkan tekanan bukan menurunkan suhu. Adapula hal penting yang menyebabkan gas mulia amat stabil yaitu konfigurasi elektronnya. Berikut adalah konfigurasi elektron gas mulia :
He = 1s2
Ne = 1s2 2s2 2p6
Ar = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
Kr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6
Xe = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6
Rn = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 4f14 5d10 6p6
Karena konfigurasi elektronnya yang stabil gas mulia juga biasa digunakan
untuk penyingkatan konfigurasi elektron bagi unsur lain.
contoh :
Br = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p5
Br = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p5
Menjadi
Br = [Ar] 4s2 3d10 4p5
Sifat-sifat
umum gas mulia antara lain :
1.
Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan sedikit larut dalam air.
2.
Mempunyai elektron valensi 8 dan khusus untuk Helium mempunyai elekron
valensi 2.
3.
Terdiri atas satu atom (monoatomik).
4.
Kulit terluarnya sudah penuh maka gas mulia bersifat stabil dan tidak
reaktif. Jadi, afinitas elektronnya mendekati nol.
Sifat fisika gas
mulia antara lain :
Selain memiliki karakteristik yang khas pada sifat atomik gas mulia juga
memiliki karakteristik yang khas untuk sifat fisisnya.
1.
Kerapatannya bertambah dari Helium ke Radon
Nilai kerapatan gas mulia dipengaruhi oleh massa atom,
jari-jari atom dan gaya London. Nilai kerapatan semakin besar dengan
pertambahan massa atom dan kekuatan gaya London, sebaliknya semakin kecil
dengan pertambahan jari-jari atomnya, karena nilai kerapatan gas mulia
bertambah dari He ke Rn maka kenaikan nilai massa atom dan kekuatan gaya London
dari He ke Rn lebih dominan dibandingkan kenaikan jari-jari atom.
2.
Titik didih dan titik leleh bertambah dari He ke Rn
Hal ini dikarenakan
kekuatan gaya London bertambah dari He ke Rn sehingga atom-atom gas mulia
semakin sulit lepas. Dibutuhkan energy dalam hal ini suhu yang semakin besar
untuk mengatasi gaya London yang semakin kuat. Titik didih dan titik leleh gas
mulia makin tinggi dengan makin besarnya nomor atom. Titik didihnya beberapa
derajat dibawah titik lelehnya. Titik didih dan titik leleh gas mulia sangat
rendah hal tersebut menunjukkan bahwa gaya tarik menarik antar atom (ikatan van
der waals) sangat lemah. Helium merupakan zat yang titik didihnya paling rendah
dibandingkan dengan semula zat di alam semesta. Titik leleh Helium (-2720)
mendekati suhu mutlak. Gas mulia memiliki titik didih dan titik leleh yang
sangat rendah oleh karena itu di alam gas mulia berwujud gas.
Kestabilannya yang tinggi juga menyebabkan gaya tarik-menarik antar atom-atomnya lemah sekali. Karenanya unsure-unsur gas mulia dalam keadaan biasa (suhu normal) berfasa gas. Jadi, lemahnya gaya tarik-menarik menyebabkan titik didih dan titik lelehnya sangat rendah.
Kestabilannya yang tinggi juga menyebabkan gaya tarik-menarik antar atom-atomnya lemah sekali. Karenanya unsure-unsur gas mulia dalam keadaan biasa (suhu normal) berfasa gas. Jadi, lemahnya gaya tarik-menarik menyebabkan titik didih dan titik lelehnya sangat rendah.
3.
Energi ionisasi.
Energi ionisasi
adalah energi yang dibutuhkan untuk membebaskan elektron suatu atom. Untuk
unsur segolongan (atas-bawah), semakin ke bawah semakin kecil potensial ionisasinya
sedangkan untuk unsur seperiode (Kiri-kanan), semakin ke kanan semakin besar
potensial ionisasinya. Begitu juga dengan unsur-unsur golongan gas mulia dari
atas ke bawah cenderung lebih kecil. Hal ini dikarenakan meski muatan inti
bertambah positif namun jari-jari atom bertambah besar. Keadaan ini menyebabkan
gaya tarik menarik inti terhadap elektron terluar semakin lemah sehingga energi
ionisasi semakin berkurang. Energi ionisasi gas mulia lebih besar dibandingkan
dengan golongan lainnya. Kestabilannya yang tinggi menyebabkan atom-atomnya
sukar sekali untuk mengion. Oleh sebab itu, energi ionisasi unsur-unsur gas
mulia lebih tinggi dibandingkan dengan unsur-unsur lain. Afinitas elektron yang
mendekati nol dan energi ionisasi yang tinggi menyebabkan atom-atom unsur gas
mulia mempunyai kecendrungan untuk tidak mengikat atau melepas elektron dalam
keadaan normal. Sehingga dalam keadaan bebas unsur-unsur gas mulia berada dalam
bentuk tunggal (monoatomik). Misalnya Hidrogen, Oksigen, dan klor dalam keadaan
bebas berbentuk diatomic (molekul yang terdiri dari dua atom dari unsur yang
sama), yaitu H2, O2, Cl2 sedangkan unsur-unsur
gas mulia berada dalam bentuk He, Ne, Ar, Kr, Xe dan radon.
4.
Afinitas elektron
Afinitas elektron
adalah energi yang dibebaskan atom netral dalam pengikatan electron untuk
membentuk ion negatif. Dengan elektron valensi yang sudah penuh, unsur gas
mulia sangat sukar untuk menerima elektron. Hal ini dapat dilihat dari harga
afinitas elektron yang rendah. Karena unsur - unsur gas mulia memiliki
kestabilan tinggi yang disebabkan kulit terluarnya terisi penuh, maka afinitas
elektronnya mendekati nol. Atom-atom unsur gas mulia sangat sulit untuk
menerima electron lagi pada kulit terluarnya.
Sifat kimia gas mulia
1.
Kereaktifan gas mulia sangat rendah
Gas mulia bersifat
inert (lembam) di alam tidak ditemukan satupun senyawa dari gas mulia. Sifat
inert yang dimiliki ini berhubungan dengan konfigurasi elektron yang dimilikinya.
Elektron valensi gas mulia adalah 8 (kecuali 2 untuk Helium) dan merupakan
konfigurasi yang paling stabil. Gas mulia memiliki energi pengionan yang besar
dan afinitas yang kecil. Energi pengionan yang besar memperlihatkan sukarnya
unsur-unsur gas mulia melepaskan electron sedangkan afinitas electron yang
rendah menunjukkan kecilnya kecenderungan untuk menyerap elektron. Oleh karena
itu, gas mulia tidak memiliki kecenderungan untuk melepas ataupun menyerap
elektron. Jadi, unsur-unsur dalam gas mulia sukar untuk bereaksi. Namun, untuk
unsur gas mulia yang mempunyai energi ionisasi yang kecil dan afinitas elektron
yang besar mempunyai kecenderungan untuk membentuk ikatan kimia contohnya Xe
dapat membentuk senyawa XeF2, XeF4 dan XeF6.
Kereaktifan gas mulia akan berbanding lurus dengan jari-jari atomnya. Jadi,
kereaktifan gas mulia akan bertambah dari He ke Rn. Hal ini disebabkan
pertambahan jari-jari atom menyebabkan daya tarik inti terhadap elektron kulit
terluar berkurang, sehingga semakin mudah ditarik oleh atom lain. Walaupun,
demikian unsur gas mulia hanya dapat berikatan dengan unsur yang sangat
elektronegatif seperti fluorin dan oksigen.
2.
Makin besar jari-jari atom maka kereaktifan gas mulia semakin bertambah.
Pada tahun 1962, Neil
Bartlet berhasil membuat senyawa stabil dari Xenon yaitu XePtF6. Penemuan
ini membuktikan bahwa gas mulia dapat bereaksi dengan unsur lain, meskipun
dalam reaksi yang sangat terbatas dan harus memenuhi kriteria berikut :
1.
Harga energi ionisasi gas mulia yang akan bereaksi haruslah cukup rendah
(terletak dibagian bawah pada SPU). Oleh karena itu, sampai sekarang gas mulia
yang sudah dapat dibuat senyawanya barulah Kripton, Xenon, dan Radon.
2.
Reaksi hanya akan terjadi apabila gas mulia direaksikan dengan unsur-unsur
yang sangat elektronegatif seperti fluorin dan oksigen.
Dari He ke Rn energy
ionisasinya semakin kecil. Artinya semakin besar nomor atom gas mulia, maka
jari-jari atomnya semakin besar pula dan kereaktifannya semakin bertambah
besar. Jika jari-jari atom bertambah besar maka gaya tarik inti atom terhadap
elektron terluar makin lemah sehingga electron lebih mudah tertarik ke zat
lain. Hal tersebut terbukti karena sampai saat ini belum ada senyawa gas mulia
dari Helium, Neon dan Argon. Senyawa gas mulia yang berhasil dibuat adalah
senyawa dari xenon, krypton dan radon karena memang helium, neon dan argon
sangat stabil sedangkan xenon, krypton dan radon lebih reaktif. Di dalam gas
mulia senyawa xenon merupakan senyawa yang paling banyak dibuat. Sifat
kereaktifan unsur-unsur gas mulia berurut Ne > He > Ar > Kr > Xe.
Radon radioaktif. Konfigurasi electron gas mulia dijadikan sebagai acuan bagi
unsure-unsur lain dalam system periodik.
3. Gas mulia memiliki karakteristik
·
Tidak berwarna
·
Tidak berbau
·
Tidak berasa
·
Pada keadaan standar, gas mulia tidak dapat terbakar
Senyawa Gas Mulia
Sampai dengan tahun 1962, para ahli masih yakin bahwa
unsur – unsur gas mulia tidak bereaksi. Kemudian seorang ahli kimia bernama
Neil Bartlett berhasil membuat persenyawaan yang stabil antara unsur gas mulia
dan unsur lain yaitu XePtF6. Keberhasilan ini didasarkan pada reaksi
PtF6 + O2 → (O2)+
+ (PtF6)-. PtF6 ini bersifat
oksidator kuat. Molekul oksigen memiliki energy ionisasi 1165 kj/mol, harga energi
ionisasi ini mendekati harga energi ionisasi unsur gas mulia Xe = 1170 kj/mol.
Atas dasar data tersebut, maka untuk pertama kalinya Bartlett mencoba
mereaksikan Xe dengan PtF6 dan termyata menghasilkan senyawa
yang stabil sesuai denagn persamaan reaksi: Xe + PtF6 → Xe+
+ (PtF6)-.
Setelah berhasil membentuk senyawa XePtF6 maka
gugurlah anggapan bahwa gas mulia tidak dapat bereaksi kemudian para ahli
lainnya mencoba melakukan penelitian dengan mereaksikan xenon dengan zat-zat
oksidator kuat diantaranya langsung dengan gas fluorin dan menghasilkan senyawa
XeF2, XeF4, dan XeF6. Reaksi gas mulia
lainnya yaitu krypton yaitu, menghasilkan KrF2. Radon dapat bereaksi
langsung dengan F2 dan menghasilkan RnF2. Hanya saja
senyawa KrF2 dan RnF2 bersifat tidak stabil.
Senyawa gas mulia He, Ne dan Ar sampai saat ini belum dapat dibuat karna
tingkat kesetabilannya yang sangat besar.
Syarat- syarat pembentuk gas mulia
1.
Gas mulia keelektronegatifannya besar ( Kr, Xe )
2.
Atom gas mulia yang mudah mengion
3.
Unsure lain yang akan bersenyawa dengan gas mulia keelektronegatifannya
besar seperti F dan O.
· Senyawa Xenon Fluor
Xenon dapat bereaksi langsung dengan fluor dan senyawa oksigen dapat
diperoleh dari senyawa Xenon fluorida.
1. Xenon difluorida
Senyawa XeF2 dibuat dengan
interaksi Xe dengan kekurangan F2 pada tekanan tinggi. Ia larut
dalam air menghasilkan larutan dengan bau tajam XeF2. Hidrolisis
berlangsung lambat namun cepat dengan adanya basa XeF2 +
2OH- → Xe +1/2O2 +2F- + H2O.
XeF2 juga dapat terbentuk dari xenon padat direaksikan dengan
difluora oksida pada suhu 120C.
Xe(s) + F2O(g) → XeF2(S) +1/2O2(g). XeF2 pereaksi yang baik untuk reaksi flourinasi benzene yaitu untuk mensubsitusi atom H pada benzene dengan atom F.
Xe(s) + F2O(g) → XeF2(S) +1/2O2(g). XeF2 pereaksi yang baik untuk reaksi flourinasi benzene yaitu untuk mensubsitusi atom H pada benzene dengan atom F.
C6H6 + XeF2 → C6H5F
+ Xe + HF
2. Xenon tetraflourida (XeF4)
Senyawa XeF4 dibuat dari
memenaskan Xe dan F2 pada suhu 400oC dan tekanan 6
atm dengan katalis nikel,tetapi dikotori oleh XeF2 lebih
banyak. Sebaiknya bila perbandingan itu besar maka XeF4 yang
banyak.
XeF2 + F2 → XeF4
3. Xenon heksaflourida (XeF6)
Senyawa ini diperoleh dengan interaksi XeF4 dan
F2 dibawah tekanan atau langsung dari Xe dan flour pada suhu
diatas 250oC dan tekanan >50 atm. XeF6 pada suhu
kamar (25oC,1 atm) berbentuk kristal berwarna dengan titik leleh 48oC.
Bentuk molekulnya diduga oktahedral yang terdistorsi atau secara teori segi
lima piramida. XeF6 luar biasa reaktif, dapat bereaksi
dengan silica membentuk senyawa oksi gas mulia yang paling stabil, reaksinya
sebagai berikut:
SrO2 (s) + 2XeF6(g) → SiF4 + 2XeOF4(g)
SrO2 (s) + 2XeF6(g) → SiF4 + 2XeOF4(g)
Pada suhu kamar XeOF4 berbentuk cairan
tak berwarna. Molekul XeOF4 dan XeO2 berbentuk
segi empat piramida dan segitiga piramida. XeF6 dapat bertindak
sebagai garam terhadap F- dan dapat diubah menjadi
heptafluoroheksat.
XeF6 + RbF → RbXeF7
Garam Rb dan Cs adalah senyawaan xenon yang paling
stabil yang dikenal dan terdekomposisi hanya di atas 4000C. Garam
natrium kurang stabil dan dapat digunakan untuk memurnikan XeF6 karena
ia terdekomposisi di bawah 1000C.
· Senyawa Xenon – Oksigen
Xenon dapat bereaksi dengan oksigen membentuk suatu senyawa yang disebut
dengan xenon oksida, seperti :
1.
Xenon Trioksida (XeO3)
Senyawa XeO3 dibentuk dalam hidrolisis XeF4 dan XeF6
3XeF4 + 6H2O → XeO3 + 2Xe + 3/2 O2 + 12Hf
XeF6 + 3H2O → XeO3
+ 6HF
Larutan XeO3 tiak berwarna, tidak berbau dan stabil.
Dalam penguapan XeO3 diperoleh sebagai suatu padatan putih yang
mudah menguap di udara yang berbahaya karena mudah meledak. Dalam larutan yang
bersifat basa, ion xenat (IV) dibentuk :
XeO3 + OH- → HXeO4-
Namun ion HXeO4- disproporsionasi
lambat menghasilkan ion Ksenat (IV) atau persenat.
2(Xe4)- + 2OH- → (XeO6)4- + Xe + O2 + 2H2O. Persenat dibentuk tidak hanya dengan disproporsionasi HXeO-4 namun juga bila mana ion ini dioksidasi dengan ozon. Larutan persenat merupakan pengoksidasi yang kuat dan cepat. Dalam larutan alkali bentuk utama ialah ion HXeO2-6 dan persenat hanya direduksi lambat oleh air. Meskipun demikian dalam larutan asam reaksinya berlangsung segera : HXeO2-6 + H+ → HXeO-4 + ½ O2 + H2O
Xenon Tetraoksida (XeO4)
2(Xe4)- + 2OH- → (XeO6)4- + Xe + O2 + 2H2O. Persenat dibentuk tidak hanya dengan disproporsionasi HXeO-4 namun juga bila mana ion ini dioksidasi dengan ozon. Larutan persenat merupakan pengoksidasi yang kuat dan cepat. Dalam larutan alkali bentuk utama ialah ion HXeO2-6 dan persenat hanya direduksi lambat oleh air. Meskipun demikian dalam larutan asam reaksinya berlangsung segera : HXeO2-6 + H+ → HXeO-4 + ½ O2 + H2O
Xenon Tetraoksida (XeO4)
Apabila barium persenat dipanaskan dengan H2SO4 pekat
xenon tetraoksida terbentuk sebagai gas yang mudah meledak dan sangat tidak
stabil.
· Garam Xenon
Senyawa xenon dalam bentuk garam yang telah berhasil dibuat adalah garam
dari xenon dengan fluor. Seperti XePtF6, CeXeF6, CsXeF8, NaHXeO4 dan Na4XeO6.
· Senyawa Kripton dan Radon
Senyawa radon dapat bereaksi spontan dengan fluorin
tetapi waktu hidupnya singkat karena radon merupakan unsur radioaktif. Senyawa
krypton hanya membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +2 membentuk senyawa
KrF2. Radon dapat bereaksi dengan F2 dan menghasilkan RnF2 hanya saja senyawa
KrF2 dan RnF2 bersifat tidak stabil.
Terima Kasih. Semoga bermanfaat J
0 komentar:
Posting Komentar