Pembuatan Unsur/Senyawa di Alam
1. Pembuatan
Halogen
Semua unsur
halogen ditemukan di alam dalam bentuk senyawanya. Hal ini disebabkan karena
unsur-unsur halogen bersifat sangat reaktif akibat dari keelektronegatifannya
yang besar, bahkan paling besar di antara semua golongan unsur yang ada. Garam
dari air laut adalah sumber utama unsur-unsur halogen.
Unsur halogen
bereaksi autoredoks dengan air. Kecuali flourin (F2) bereaksi
dengan air membentuk asam halida dan gas oksigen. Semua unsur halogen
bereaksi dengan logam membentuk garam halida. Hidrokrabon tak jenuh
(mempunyai ikatan rangkap) akan mengalami reaksi adisi bila direaksikan dengan
unsur-unsur halogen. Unsur-unsur halogen bila bereaksi dengan sesamanya
akan membentuk senyawa interhalogen. Berikut adalah reaksi-reaksinya:
Ada beberapa
teknik untuk mendapatkan unsur-unsur halogen. Khusus untuk flourin diperoleh
dari elektrolisis KHF2. Cl2, Br2, dan I2 dapat
diperoleh dari reaksi pendesakan, reaksi oksidasi garam halidanya dengan KMnO4/MnO2,
dan atau elektrolisis larutan/lelehan garamnya. Untuk Cl2 dapat
juga diperoleh dari Downs, Gibbs, Deacon, dan Dows.
#elektrolisis
KHF2:
#reaksi
pendesakan dengan berpatokan pada deret oksidator: F2>Cl2>Br2>I2:
#contoh reaksi
garam halida dengan KMnO4:
#contoh
elektrolisis lelehan dan larutan garamnya:
Asam dari unsur
halogen ada dua macam, yaitu asam halida (HX) dan
asam
oksihalogen (HXO). Untuk membuat asam halida dilakukan dengan
tiga cara, yaitu:
tiga cara, yaitu:
Urutan tingkat keasaman dari asam halida adalah HI>HBr>HCl>HI.
Tingkat keasaman asam halida dipengaruhi oleh jari-jari unsur halogennya.
Makin besar jari-jari atomnya, maka gaya tarik inti terhadap pasangan elektron ikatan makin lemah, sehingga atom H mudah lepas dari molekul asam halidanya. Atom H mudah dilepas itu menunjukan larutan senyawa halida makin asam karena dalam larutan makin banyak mengandung ion-ion H+.
Adapun urutan tingkat keasaman asam oksihalogen adalah HClO>HBrO>HIO. Yang mempengaruhi tingkat keasamannya adalah keelektronegatifannya. Yang sifatnya lebih elektronegatif akan memiliki sifat lebih asam. Kalau asam oksihalogen dibentuk dari unsur halogen yang sama, maka yang mempengaruhi tingkat keasamannya adalah jumlah atom O yang diikat. Makin banyak jumlah atom O yang diikat, maka sifatnya akan semakin asam. Jadi urutan tingkat keasamannya (misalnya senyawa oksihalogen dari atom Cl) adalah HClO4>HClO3>HClO2>HClO.
2. Pembuatan
Alkali(IA) dan Alkali Tanah (IIA)
Alkali dan alkali tanah bersumber dari air
laut, batuan, dan peluruhan unsur radioaktif. Litium diperoleh dari batuan
spodumen (LiAl(SiO3)2, natrium dari air laut berupa garam
dapur (NaCl) dan dari sendawa chili (NaNO3), Kalium dari batuan
karnalit (KCl.MgCl2), sesium dari pollusit (CsAl(SiO3)2)
dan fransium dari luruhan Ac-277 dengan emisi sinar alfa. Berilium
diperoleh dari beril (Be3Al2Si8O18),
magensium dari magnesit (MgCO3) dan dolomit/cangkang telur (MgCO3.CaCO3),
kalsium dari batu kapur (CaCO3) dan gips (CaSO42H2O),
stronsium dari stronsianit (SrCO3), barium dari barit (BaSO4)
dan witerit (BaCO3), dan radium dari luruhan Th-230 dengan memancar
sinar alfa.
Di alam, unsur-unsur alkali dan alkali tanah berada dalam bentuk senyawanya. Hal ini di sebabkan karena alkali dan alkali tanah besifat sangat reaktif, mudah teroksidasi sehingga keadaannya akan selalu bersenyawa dengan atom-atom unsur lain. Kereaktifan dan kemudahan teroksidasi unsur-unsur alkali dan alkali tanah disebabkan oleh energi ionisasi dan potensial reduksi standarnya (E0) yang kecil. Baik alkali maupun alkali tanah bereaksi dengan air dingin, kecuali Be tidak bereaksi dengan air dan Mg bereaksi dengan air panas. Hasil reaksi antara air dengan alkali/alkali tanah adalah senyawa basa dan gas hidrogren. Berikut adalah persamaan reaksinya:
Reaksi alkali dan
alkali tanah dengan O2 akan membentuk tiga jenis senyawa, yaitu
senyawa oksida (biloks O=-2), peroksida (biloks O=-1), dan superoksida (biloks
O=-1/2).
Reaksi dengan H2 membentuk
senyawa hidrida. Reaksi dengan unsur halogen
membentuk garam halida. Reaksi dengan asam membentuk garam
halida dan gas hidrogen. Semua alkali tanah bereaksi dengan gas
nitrogen membentuk garam nitrida. Dari unsur alkali, hanya Li yang
dapat bereaksi
dengan N2 membentuk garam nitrida/LiN3.
dengan N2 membentuk garam nitrida/LiN3.
Uji nyala alkali dan alkli tanah memberikan warna yang khas untuk setiap unsurnya. Dalam uji nyalanya unsur-unsur alkali: Li berwarna merah, Na berwarna kuning, K berwarna bungur, Rb berwarna kuning biru, Cs berwarna biru dan unsur-unsur alkali tanah: Ca berwarna orange, Sr berwarna merah, dan Ba berwarna hijau.
Dalam uji kelarutan garamnya dalam air, semua garam IA larut dalam air kecuali LiF dan Li2CO3. Adapun garam-garam IIA, kelarutannya dalam air mengikuti pola-pola berikut:
Untuk
mendapatkan unsur-unsur alkali dan alkali tanah hanya bisa dilakukan
dengan elektrolisis lelehan garamnya saja. Elektrolisis lelehan garam NaCl
dan LiCl untuk mendapatkan Li dan Na disebut proses Downs dan
elektrolisis lelehan garam MgCl2 untuk mendapatkan Mg
disebut proses Dow.
3. Pembuatan
Aluminium
Pengolahan
aluminium menjadi aluminium murni bisa dilakukan melalui 2 tahap yaitu:
1. Tahap
pemurnian bauksit sampai diperoleh aluminium oksida murni (alumina)
Tahap pemurnian
bauksit dilakukan untuk menghilangkan pengotor utama dalam bauksit. Pengotor utama
bauksit biasanya terdiri dari SiO2, Fe2O3, dan TiO2. Caranya adalah dengan
melarutkan bauksit dalam larutan natrium hidroksida (NaOH),
Al2O3 (s) +
2NaOH (aq) + 3H2O(l) ---> 2NaAl(OH)4(aq)
Aluminium
oksida larut dalam NaOH sedangkan pengotornya tidak larut. Pengotor-pengotor
dapat dipisahkan melalui proses penyaringan. Selanjutnya aluminium diendapkan
dari filtratnya dengan cara mengalirkan gas CO2 dan pengenceran.
2NaAl(OH)4(aq)
+ CO2(g) ---> 2Al(OH)3(s) + Na2CO3(aq) + H2O(l)
Endapan
aluminium hidroksida disaring,dikeringkan lalu dipanaskan sehingga diperoleh
aluminium oksida murni (Al2O3)
2Al(OH)3(s)
---> Al2O3(s) + 3H2O(g)
2. Tahap
peleburan alumina
Selanjutnya
adalah tahap peleburan alumina dengan cara reduksi melalui proses elektrolisis
menurut proses Hall-Heroult. Dalam proses Hall-Heroult, aluminum oksida
dilarutkan dalam lelehan kriolit (Na3AlF6) dalam bejana baja berlapis grafit
yang sekaligus berfungsi sebagai katode. Selanjutnya elektrolisis dilakukan
pada suhu 950 oC. Sebagai anode digunakan batang grafit.
Bauksit banyak terdapat di daerah Bintan dan
kalimantan. Cara penambangan terbuka. Bauksit kemudian dihaluskan , dicuci
dan dikeringkan, sesudah itu bauksit mengalami pemurnian menjadi oksida
aluminum atau alumina.
4. Pembuatan Silikon
Silikon dibuat dengan mereduksi kuarsa (quartz) atau
sering disebut juga dengan silika ataupun silikon dioksida dengan kokas (C).
Proses reduksi ini dilangsungkan di dalam tungku listrik pada suhu 3000 °C.
Reaksi yang terjadi adalah:
SiO2(l) + 2C(s) –––→ Si(l)
+ 2CO2
|
Silikon yang diperoleh kemudian didinginkan sehingga diperoleh padatan
silikon. Namun silikon yang diperoleh dengan cara ini belum dalam keadaan
murni. Agar diperoleh silikon dalam bentuk murni diawali dengan mereaksikan padatan
silikon yang diperoleh melalui cara di atas direaksikan dengan gas klorin
(Cl2), sesuai reaksi berikut:
Si(s) + Cl2(g)
–––→ SiCl4(g)
Gas SiCl4 ini
mememiliki titik didih 58 °C. Uap yang terbentuk kemudian dilewatkan melalui
sebuah tabung panas berisi gas H2 sehingga terbentuk Si, berikut reaksinya:
SiCl4(g) +
2H2(g) –––→ Si(s) +
4HCl(g)
Padatan Si yang
terbentuk berupa batangan yang perlu dimurnikan lebih lanjut denan cara
pemurnian zona (zona refining).
5. Pembuatan
Fosfor
Sumber utama
industry fosfor adalah Ca3(PO4)2. Dalam prosesnya, Ca3(PO4)2 dicampur dengan
karbon dan silika (SiO2) pada temperature 1400⁰C - 1500⁰C (dengan bunga api listrik). SiO2
bereaksi dengan Ca3(PO4)2 pada temperature tersebut mengahasilkan P4O10 (g).
Reaksinya sebagai berikut :
2 Ca3(PO4)2 (l)
+ 6 SiO2 (l) → 6 CaSiO3 (l) +
P4O10 (g)
Kemudian , P4O10
(g) direduksi dengan karbon , reaksinya sebagai berikut :
P4O10 (g) + C
(s) → P4 (g) + 10 CO2 (g)
P4 (g) yang
terjadi dikristalkan dan disimpan di dalam CS2 cair atau di dalam air. Hal itu
guna menghindari terjadinya oksidasi dengan oksigen dari udara yang cepat
terjadi pada temperatur 30⁰C berupa nyala fosfor. P4 hasil pengolahan
merupakan salah satu bentuk alotropi fosfor, yaitu fosfor putih.
6. Pembuatan
Belerang
a. Proses
Frasch
Cara frasch
adalah mengambil belerang dari deposit belerang di bawah tanah, pompa frasch
dirancang oleh Herman Frasch dari Amerika Serikat tahun 1904.
Pada proses ini pipa logam berdiameter 15 cm yang terdapat 2 pipa
konsentrik yang lebih kecil ditanam sampai menyentuh lapisan belerang. Uap air
yang sangat panas dipompa dan dimasukan melalui pipa luar, sehingga belerang
meleleh. Kemudian dimasukan udara bertekanan tinggi melalui pipa terkecil,
sehingga terbentuk busa belerang dan terpompa ke atas melalui pipa
ketiga. Kemurnian belerang yang keluar mencapai 99,5%. Pada dewasa ini 50%
belerang yang digunakan dalam industri diperoleh dengan proses frasch
b. Proses
kontak
Pada pembuatan
belerang dengan proses kontak bahan baku yang digunakan belerang, udara dan
air.
S(s)+O2(g)
SO2(aq)
2SO2(g)+O2(g)↔2SO3(g)
SO3(g)+H2O(l)→H2SO4(aq)
Pertama-tama belerang padat dimasukan kedalam drum berputar lalu dibakar
dengan oksigen dari udara dan hasilnya gas SO2 dimurnikan dengan pengendap
elektrostatika ( kawat-kawat betegangan tinggi ) partikel-partikel debu dan
kotoran lain menjadi bermuatan dan tertarik oleh kawat yang muatannya
berlawanan, sehingga debu-debu itu jatuh kelantai ruangan.
Campuran gas SO2 dan udara kemudian dialirkan kedalam ruangan yang
dilengkapi katalis serbuk V2O5. Disini berlangsung proses kontak yaitu kontak
antara campuran gas-gas dengan katalis. Gas SO2 bereaksi dengan oksigen dengan
udara untuk membentuk gas SO3.
2SO2(g)+O2(g)↔2SO3(g) ∆H = -90 kJ
Agar reaksi ini bergeser kekanan gas SO3 yang terbentuk segera
direaksikan dengan air untuk menghasilkan H2SO4
SO3(g)+H2O(l)→ H2SO4(aq)
Gas SO3 direaksikan dengan H2SO4 untuk membentuk asam pirosulfat, H2S2O7
kemudian barulah asam pirosulfat direaksikan denga air untuk membentuk asam
sulfat SO3¬(g)+H2SO4(aq) →H2S2O7(aq)
H2S2O7(aq)+H2O→2H2SO4¬(aq)
7. Pembuatan Oksigen
Oksigen dapat dibuat
dalam skala besar di industri dan dapat juga dalam skala kecil di laboratorium.
Dalam skala besar di industri, pembuatan oksigen diperoleh dari destilasi
bertingkat udara cair. Prosesnya, mula-mula udara disaring untuk menghilangkan
debu lalu dimasukkan ke dalam kompresor. Pada kompresi ini suhu udara akan
naik, kemudian didinginkan dalam pendingin. Udara dingin mengembang melalui
celah, dan hasilnya adalah udara yang suhunya lebih dingin, cukup untuk
menyebabkannya mencair. Udara cair disaring untuk memisahkan karbondioksida dan
air yang telah membeku. Kemudian udara cair itu memasuki bagian puncak kolom di
mana nitrogen, komponen yang paling mudah menguap, keluar sebagai gas. Pada
pertengahan kolom, gas argon keluar dan selanjutnya oksigen cair. Komponen lain
yang paling sulit menguap akan terkumpul di dasar. Berturut-turut titik didih
normal nitrogen, argon, dan oksigen adalah -195,8, -185,7, dan -183,0°C.
8. Pembuatan
Nitrogen
a. Filtrasi
Pada saat udara
dihisap oleh kompresor, terlebih dahulu udara disaring dengan menggunakan
filter, agar kotoran atau gas-gas pengotor dari udara bebas dapat disaring dan
tidak terikut dalam proses-proses selanjutnya. Contoh gas pengotor : uap air
dan karbondioksida, debu juga bisa menjadi zat pengotor pada udara bebas. Zat
pengotor ini harus dihilangkan karena dapat menyebabkan penyumbatan pada
perlatan, tingkat bahaya yang dapat ditimbulkan, korosi, dan juga dalam
batas-batas tertentu dilarang terkandung dalam spesifikasi produk akhir.
b. Kompresi
Alat yang digunakan
yaitu compressor, dimana fungsinya yaitu menaikkan tekanan udara bebas yang
diserap sampai 145 – 175 Psig atau sekitar 6 bar.
c. Cooling
Water
Air umumnya
digunakan sebagai pendingin pada industri sebab air tersedia jumlahya dan mudah
ditangani. Air juga mampu menyerap sejumlah besar enegi per satuan volume dan
tidak mengalami ekspansi maupun pengerutan dalam rentang temperatur yang
biasanya dialaminya. Sistem penguapan terbuka merupakan tipe sistem pendingin
yang umumnya digunakan dalam plant pemisahan udara.
Sebagian industri menggunakan system direct cooler pada proses pendinginannya, dimana terjadi kontak langsung antara udara dengan air pada sepanjang tray direct cooler. Direct cooler mempunyai kelebihan dari pada proses pendinginan yang menggunakan tube atau shell cooler, dimana temperatur yang bisa dicapai yaitu 2ºC, sedang pada tube atau shell cooler hanya sekitar 8ºC, efek pengguyuran (scrubbing) dari air juga dapat membantu menurunkan kandungan partikel dan menyerap pengotor yang terbawa udara. Namun jikadirect cooler tidak terjaga, seperti ∆P tinggi (pada aliran dan udara masuk) dan tinggi cairan (pada aliran air). Oleh karena tingginya perbedaan temperatur yang melalui tray bawah unit, maka pada tray ini sangat mungkin terjadi pembentukan kerak. Untuk alasan itu, water treatment harus bekerja efektif dan tray harus dibersihkan dan diperiksa jika memungkinkan.
Sebagian industri menggunakan system direct cooler pada proses pendinginannya, dimana terjadi kontak langsung antara udara dengan air pada sepanjang tray direct cooler. Direct cooler mempunyai kelebihan dari pada proses pendinginan yang menggunakan tube atau shell cooler, dimana temperatur yang bisa dicapai yaitu 2ºC, sedang pada tube atau shell cooler hanya sekitar 8ºC, efek pengguyuran (scrubbing) dari air juga dapat membantu menurunkan kandungan partikel dan menyerap pengotor yang terbawa udara. Namun jikadirect cooler tidak terjaga, seperti ∆P tinggi (pada aliran dan udara masuk) dan tinggi cairan (pada aliran air). Oleh karena tingginya perbedaan temperatur yang melalui tray bawah unit, maka pada tray ini sangat mungkin terjadi pembentukan kerak. Untuk alasan itu, water treatment harus bekerja efektif dan tray harus dibersihkan dan diperiksa jika memungkinkan.
d.
Purrification (Pemurnian)
Pada proses ini
terdapat proses penyerapan (adsorpsi) terhadap material/zat-zat pengotor dari
feed air , diantaranya : uap air, karbon monoksida, karbon dioksida, dan
beberapa kandungan hidrokarbon. Pada beberapa industri, menggunakan 2 layer
pada vessel pemurnian ini, layer bawah menggunakan alumina untuk menyerap/
mengadsorpsi kandungan uap air dalam udara dan bagian top/atas
menggunakan molecular sieveyang bertindak sebagai adsorben untuk
menghilangkan karbondioksida.
e. Heat
Exchanger (Pemindah Panas)
Melewati
exchanger, udara didinginkan hingga mendekati titik pencairan. Karena udara
menjadi dingin, mula-mula uap air akan menjadi deposit, dimulai jadi cairan
kemudian berubah menjadi salju halus dengan arah yang berlawanan. Fungsi heat
exchanger untuk memudahkan pergerakan panas yang akan dipindahkan aliran
panasnya, dari zat yang memiliki panas lebih tinggi menuju daerah yang dingin
hingga temperature keduanya sama
f. Ekspansi
Udara yang
dingin tersebut diekspansikan atau diturunkan tekanannya sampai tekanan menjadi
70 – 80 psig hingga udara tersebut cair.
g. Distilasi
Pada proses ini
final terjadi proses pemisahan antara gas-gas yang terkandung pada udara bebas
sebagai umpan melalui perbedaan titik didih (relative volatilitas). Dimana
nitrogen memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan gas-gas
lain yang terkandung dalam udara yaitu -195. Bila dipisahkan
masing-masing gas pada proses vaporisasi (destilasi), maka nitrogen akan cepat
menguap dan menghasilkan produk gas yang siap digunakan. Gas nitrogen yang
dihasilkan dari proses vaporisasi bisa dirubah bentuk menjadi liquid dengan
cara dilewatkan pada kolom-kolom
9. Pembuatan
Kromium
Kromium adalah 21 paling banyak unsur dalam kerak bumi dengan konsentrasi
rata-rata 100 ppm. Senyawa Kromium terdapat di dalam lingkungan, karena erosi
dari batuan yang mengandung kromium dan dapat didistribusikan oleh letusan
gunung berapi. Rentang konsentrasi dalam tanah adalah antara 1 dan 3000 mg /
kg, dalam air laut 5-800 μg / liter, dan di sungai dan danau 26 μg / liter
dengan 5,2 mg / liter. Hubungan antara Cr (III) dan Cr (VI) sangat tergantung
pada pH dan oksidatif sifat lokasi, tetapi dalam banyak kasus, Cr (III) adalah
spesies dominan, meskipun di beberapa daerah di tanah air dapat mengandung
sampai 39 μg dari total kromium dari 30 μg yang hadir sebagai Cr (VI).
Bijih utama khrom adalah khromit, yang ditemukan di Zimbabwe, Rusia, Selandia
Baru, Turki, Iran, Albania, Finlandia, Republik Demokrasi Madagaskar, dan
Filipina. Logam ini biasanya dihasilkan dengan mereduksi khrom oksida dengan
aluminum.
Terima Kasih. Semoga bermanfaat :)
0 komentar:
Posting Komentar